RUGILAH KETIDAKPEDULIAN....
Hari ini hari Sabtu, dan saya kemudian ingat
seru Al-Quran pada sang nabi untuk bertanya pada Bani Israil tentang sebuah
negeri di tepi laut.Sabtu adalah saat suci sebab Taurat mewajibkan Bani Israil
untuk PAUSE dari dunia, dan mengisi waktu hanya untuk mengingat dan
mengibadahi-Nya.
Ujian memang datang dengan cara yang MENGGODA.
Di Sabtu itulah, ikan-ikan datang seakan laut tak cukup tempat, berdesakan,
berjumpalitan. Sabtu itu tak lagi menjadi hari ibadah, tapi hiruk pikuk. Yang
memasang jaring, sibuk berharap-harap. Golongan kedua, tak jemu-jemu
memperingatkan. Golongan ketiga, mereka tak terlibat perlanggaran hari Sabtu,
tetapi diam melihat dan menyaksikan kemaksiatan.
Mereka bertanya golongan kedua “buat apa kamu
menasihati mereka,bukankah jika Allah mahu, Dia akan hancurkan mereka atau
diazab-Nya dengan siksa yang pedih??”
Kaum kedua menjawab “Sebagai menyempurnakan
tugas kami selaku hamba-Nya , melepas diri dari tanggungan agar mereka insaf
dan bertaqwa.”
Ini sejalan umpama sang nabi. Kita hidup bagai
naik bahtera di samudera yang luas. Ada yang duduk di dek atas, ada pula yang
duduk di kabin bawah. Semua yang ada di kapal memerlukan air. Bayangkan andai
orang yang berda di kabin bawah tidak mahu bersusah-payah naik-turun menimba
lalu melubangi dinding kapal tersebut.
Meskipun tak terlibat dengan ‘kejahatan’
melubangi dinding kapal, andai kita tak mencegah, kita takkan terkecuali dari
korban tenggelam. Begitulah dakwah. Ianya kepedulian kepada kebersamaan yang
penuh rasa aman, keramahan dan kemanfaatan, sebagaimana dalam bahtera.
Akhir kisah negeri tepi pantai itu menarik.
Kata Allah, “Kami selamatkan para pencegah kemungkaran, Kami binasakan orang
zalim. Jadi, bagaimana nasib kaum yang tak jahat namun tak peduli akan
pelanggaran hari Sabtu di negeri tepi pantai itu. Sungguh! Amat rugilah
ketidakpedulian..
[dipetik dan diedit dari menyimak kicau merajut makna by Salim A.Fillah]~